Source: http://www.amronbadriza.com/2012/10/cara-membuat-anti-copy-paste-di-blog.html#ixzz2FTRb0UOK
SILAHKAN DI BACA JANGAN JADI PLAGIAT OKE :) SILAHKAN DI SHARE LINKNYA :)

Kamis, 20 Desember 2012

Tragedi Cinta Pada Pandangan Pertama


Fira adalah gadis berusia 19 tahun yang tinggal bersama ayah, ibu dan adik perempuannya. Suatu hari Fira ditemukan pingsan dikamarnya oleh ibunya. Ibunya sangat khawatir kemudian beliau memanggil-manggil ayah Fira dan mereka segera membawa Fira kerumah sakit. Setelah menunggu sekitar 20 menit akhirnya dokter yang memeriksa Fira keluar.
      “Bagaimana keadaan Fira Dok?” Tanya ibu Fira.
      “Maaf Bu, Fira terkena penyakit Tipes dan harus dirawat inap selama 2 minggu.” Saat itu ibu, ayah dan adiknya Fira sangat bersedih hati namun mereka yakin setelah 2 minggu Fira akan sembuh.
      Seminggu berlalu, dokter Kevin; dokter yang merawat Fira mengatakan bahwa Fira sudah sedikit membaik tapi tiba-tiba saja Fira kembali mengeluh akan sakitnya. Dengan segera ibunya memanggilkan dokter.
      “Maaf Bu, bisa tolong keluar sebentar saya mau periksa Fira dulu.” Kata dokter Kevin. Ibunya mengangguk-ngangguk pelan. Dokter Kevin terus memeriksa Fira tapi dia tak menemukan kejanggalan dalam tubuh Fira, dia rasa Fira baik-baik saja. Saat dokter Kevin akan keluar memberitahu ibunya, Fira tiba-tiba menarik tangan dokter tampan berusia sekitar 27 tahun itu.
      “Tunggu Dok!” panggil Fira. Dokter Kevin segera berbalik arah.
      “Ada apa Fira? Kamu baik-baik saja kok.”
      “Fira bosan dikamar terus, Fira mau ketaman.”
      “Baiklah Fira saya panggilkan ibumu dulu ya…”
      “Fira maunya sama dokter.” Dokter Kevin terkejut sejenak. Tapi karena Fira adalah pasiennya dia harus menurutinya karena itu sudah termasuk dalam kebijakan rumah sakit untuk melayani pasien dengan baik. Sejak seminggu yang lalu atau tepatnya sejak pertama kali Fira bertemu dengan dokter Kevin, Fira sudah merasa jatuh hati padanya. Entah kenapa Fira benar-benar percaya dengan cinta pada pandangan pertama. Sampai-sampai dia tetap ingin tinggal dirumah sakit.
      “Kita sudah sampai.” Ucap dokter Kevin sesampainya di taman RS. Fira yang duduk dikursi rodapun tersenyum senang. Fira memandangi wajah dokter Kevin yang sangat tampan, menurutnya. Saat itu dokter Kevin duduk di bangku taman berhadapan dengan Fira yang duduk diatas kursi roda.
      “Dokter…”
      “Iya…”
      “Kenapa dokter mau menemani Fira?”
      “Itu memang sudah kewajiban saya sebagai dokter.”
      “Kalau begitu apapun yang Fira mau dokter akan penuhi.” Fira tersenyum lebar.
      “Hmm… tentu saja. Memangnya Fira mau apa?”
      “Fira mau bunga itu.” Fira menunjuk kearah tumbuhan bunga mawar disekitar taman. Dokter Kevin segera memetik bunga itu.
      “Ini.” Kata dokter Kevin memberikan mawar merah itu.
      “Makasih Dok...” ucap Fira sambil mencium setangkai bunga mawar itu. Mereka melanjutkan berbincang-bincang dan bercanda-canda.
      “Ternyata kamu lucu juga ya…” ucap dokter Kevin sembari tertawa lepas.
      “Hahaha. Iya dong. Fira boleh nanya sesuatu nggak Dok?”
      “Apa Fir?”
      “Apa dokter sudah menikah?”
      “Hmmm… sudah apa belum ya?” kata dokter Kevin sambil mendongak pura-pura berpikir.
      “Ah dokter, Fira serius nii...”
      “Hmm… Fira suka ya sama dokter, ayo ngaku!”
      “Hah… enak aja dokter kali yang suka sama Fira. Hahaha.” Merekapun tertawa lepas. Sebenarnya Fira memiliki perasaan sama dokter Kevin tapi dia rasa ini bukan saatnya mengatakan yang sebenarnya.
      Dua minggu berlalu, Fira sudah diizinkan pulang. Dia benar-benar sudah sembuh total. Ibunya sedang merapikan pakaiannya.
      “Bu…” panggil Fira dari atas tempat tidur.
      “Ada apa Nak?” kata ibu Fira mendekati anaknya.
      “Sebelum pulang Fira ingin ketemu sama dokter Kevin.”
      “Memangnya ada urusan apa?” Fira berpikir sejenak.
      “Fira hanya ingin mengucapkan terimakasih secara langsung.”
      “Baiklah, ibu panggilkan dulu ya.” Firapun sangat bahagia saat itu. Pintu ruangannya mulai terbuka, dokter Kevin berjalan perlahan menghampirinya. Fira memperhatikan rona wajah dokter Kevin dan mendengar derap langkah kakinya. Dia benar-benar seperti malaikat ucap Fira membatin.
      “Kau baik-baik saja?”
      “Iya Dok, Fira cuma ingin mengucapkan terimakasih, selama ini sudah merawat Fira dengan baik.” Ucap Fira gugup.
      “Oh ya sama-sama Fira… itu memang sudah menjadi kewajiban saya.”
      “Sebelum Fira pulang, boleh nggak Fira nanya sesuatu?”
      “Ya, Apa?”
      “Apakah dokter suka coklat?”
      “Hmm… suka.Waktu kecil ayah dokter sering membelikan dokter coklat.” Jawab dokter Kevin. “Memangnya kenapa?” lanjutnya.
      “Nggak ada Dok. Cuma nanya.”
      “Ah… kamu ini.” Ucapnya sambil mengacak-ngacak rambut Fira. Saat itu Fira benar-benar berbunga-bunga, senyum manis dokter Kevin tak akan pernah bisa terlupakan. “Kalau begitu dokter pergi dulu ya?” lanjutnya.
      “Tunggu Dok!” dengan spontan Fira memegang tangan dokter Kevin. “Sekali lagi terimakasih.” Ucap Fira. Dokter Kevin hanya mengangguk dan berlalu pergi.
      Seminggu berlalu, bayang-bayang dokter Kevin tak pernah bisa hilang dari benak Fira. Sampai akhirnya dia memutuskan pergi kerumah sakit untuk bertemu dengan dokter Kevin.
      “Dokter ada pasien di ruangan kamboja nomor 34.” Ucap seorang suster kepada dokter Kevin. Dokter Kevin hanya mengangguk dan berlari menuju ruangan itu. Ternyata yang berbaring disana adalah Fira.
      “Fira? Kamu sakit lagi? mana ibumu?” Tanya dokter Kevin sambil memeriksa keadaan Fira.
      “Dokter apa kabar?”
      “Seperti yang Fira lihat.”
      “Dokter kelihatan sangat bahagia.” Fira mengira Dokter Kevin bahagia karena bertemu lagi dengannya. Fira merasa dokter Kevin punya rasa yang sama.
      “Tidak ada masalah denganmu. Kamu baik-baik saja Fir.” Ucap dokter Kevin dan tak menghiraukan pernyataan Fira.
      “Dokter memang pintar, Fira memang nggak sakit.”
      “Lalu untuk apa Fira kemari?”
      “Fira cuma mau ngasih ini.” Ujar Fira sambil menyodorkan kotak berbentuk persegi.
      “Apa ini?”
      “Buka saja!”
      “Coklat?” ucap dokter Kevin setelah membuka kotak itu.
      “Dokter suka?”
      “Hmm… sudah lama nggak makan coklat. Terimakasih Fir.”
Seminggu berlalu, Fira kembali mengunjungi rumah sakit karena sudah merasa rindu dengan sosok dokter Kevin. Seperti biasa Fira membawakan sekotak coklat untuknya dan tentunya berpura-pura sakit. Fira berbaring di sebuah ruangan tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka itu pasti dokter Kevin ucapnya dalam hati. Fira membalikkan badannya.
      “Kamu siapa? Mana dokter Kevin?”
      “Untuk sementara ini saya yang akan menanganimu.” Ucap seorang dokter perempuan.
      “Mana dokter Kevin?”
      “Kamu Fira ‘kan?” Fira hanya mengangguk pelan.“Kamu belum mendengar tentang dokter Kevin.”
      “Memangnya dia kenapa?”
      “Dokter Kevin cuti sejak 4 hari yang lalu untuk melangsungkan pernikahannya.” Fira mulai terkejut dan seketika mengeluarkan air mata, dia lalu berlari meninggalkan tempat itu dan coklat yang harusnya di berikan ke dokter Kevin dia buang begitu saja kelantai di depan dokter Maya; dokter yang memeriksanya tadi.
      Kejadian itu membuat ibu Fira juga ikut bersedih karena selama dua hari ini Fira tak pernah mau makan malah dia mengunci diri dikamarnya. Hari ketiga setelah kejadian itu Fira benar-benar tak ingin keluar kamar. Karena khawatir akhirnya ayah Fira mendobrak pintu kamarnya. Ibu Fira langsung shock menemukan Fira dalam keadaan pingsan di atas lantai. Ibu Fira melihat dinding kamar Fira yang nyaris seluruhnya tertulis nama “Dokter Kevin”. Dengan langkah yang tergopoh-gopoh ibu dan ayah Fira segera membawa Fira kerumah sakit. Setelah menunggu beberapa menit mata Fira perlahan-lahan terbuka.
      “Kamu sudah siuman sayang?” kata ibu Fira.
      “Dokter Kevin mana Bu?” Tanya Fira. Air matanya mulai membasahi pipi lembutnya.
      “Kamu makan dulu ya sayang.” Ibu Fira ikut menangis, karena terharu melihat anaknya terbaring tak berdaya.
       “Nggak mau, Fira mau ketemu dokter Kevin.” Pekik Fira sambil menepis tangan ibunya yang akan menyuapinya. Fira mencoba bangkit dari pembaringannya untuk mencari dokter Kevin namun tiba-tiba dia mengeluh kesakitan di bagian perutnya. Kata dokter dia mag. Akhirnya Fira mengurungkan niatnya untuk mencarinya. Pintu ruangan Fira terbuka ternyata itu dokter Kevin, rona wajah Fira mulai terlihat berbeda dia memberikan senyumnya kepada dokter Kevin. Dokter Kevin mendekatinya.
      “Kenapa Fira nggak mau makan?” Tanya dokter Kevin. Fira termenung sejenak lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. “Fira makan ya.” Lanjut dokter Kevin.
      “Tidak.”
      “Dokter suapin deh…” Fira mengangguk pelan. Ibu dan ayahnya senang sekali melihat anaknya akhirnya mau makan walaupun hanya melihat dari luar kaca.
      “Dokter, Fira mau ketaman.” Kata Fira ditengah-tengah makan siangnya. Dokter Kevin mengiyakan permintaan Fira dan mereka duduk berhadapan seperti beberapa minggu yang lalu.
      “Fira suka ditaman ini?”
      “Iya Dok, karena disini Fira bertemu pria yang membuat mimpi-mimpi Fira buyar.”
      “Beruntung sekali pria itu. Memangnya siapa dia?” Fira terdiam sejenak.
      “Pria itu… pria itu adalah pria yang merawatku ketika Fira terkena tipes. Dia juga suka makan coklat sama kayak Fira.” Mendengar pernyataan Fira dokter Kevin tak tahu harus menjawab apa. “Kenapa diam Dok?” seketika Fira menangis. Dokter Kevin masih tak menjawab, dia mengambil sesuatu dari saku baju dokternya dan itu adalah selembar foto.
      “Fira, ini adalah foto adik saya. Sifatnya hampir sama denganmu. 2 tahun yang lalu Tuhan mengambilnya. Itulah yang membuat saya rindu sosoknya dan sekarang saya menemukannya di dalam dirimu.” Tangis Fira semakin menjadi-jadi. Dia tak menyangka selama ini dokter Kevin hanya menganggapnya sebagai reinkarnasi dari adiknya yang sudah meninggal. Dokter Kevin pergi keruangannya dan dengan segera kembali lagi. Ternyata dokter Kevin mengambil kotak coklat yang dibuang Fira tiga hari yang lalu.
      “Dimana kau menemukannya?”
      “Dokter Maya yang memungutnya, katanya ini untukku.”
      “Tidak, itu bukan untukmu. Sini kembalikan.” Dokter Kevin mengembalikan kotak coklat itu. Fira membaca tulisan diluar kotak “For Dokter Kevin”.
      “Sekarang apakah coklat itu bukan untukku?” Fira tak tahu harus menjawab apa, dokter Kevin lalu mengambil coklat itu kembali. Fira dituntun kembali kekamarnya tapi seperti biasa dia tak mengizinkan dokter Kevin langsung keluar ruangannya.
      “Dokter…” dokter Kevin memandangnya. “Apakah dokter benar-benar sudah menikah?” Tanya Fira dengan hati yang siap-siap tersakiti. Dokter Kevin termangu sebentar.
      “Fira istirahat ya, besok kita bicara lagi.”
      “Jawab pertanyaan Fira dulu. Berita itu tidak benar ‘kan Dok?” buliran air mata mulai keluar dari mata Fira. Dengan berat hati dokter Kevinpun menjawab.
      “Tidak Fir, itu semua benar.” Isak tangis mulai terdengar, Fira memalingkan muka dan menyuruh dokter Kevin cepat-cepat keluar dari ruangannya. Diluar ruangan langkah dokter Kevin dihentikan oleh ibu Fira.
      “Dokter, selama 2 hari Fira tak mau makan dan sekarang mag, dokter tau kenapa, itu karena memikirkan dokter. Dia melukis nama dokter di dinding kamarnya. Ini pertama kali saya melihat anak saya seperti ini.” Ucap ibu Fira dengan tangisan yang tersedu-sedan.
      “Maafkan saya Bu.”
      “Tolong bantu saya.”
      “Apa yang harus saya lakukan?”
      “Jaga dia baik-baik, jangan lukai perasaannya. Saya mohon.”
      “Tapi Bu, saya sudah menikah. Saya sudah menganggap Fira seperti adik saya sendiri.” Ibu Fira lalu berlutut dihadapan dokter Kevin.
      “Saya mohon…”
      “Bangunlah Bu, saya tak pantas diperlakukan seperti ini. Saya yakin suatu saat Fira akan melupakan segalanya dan menemukan seseorang yang lebih pantas untuknya.” Ibu Fira lalu terdiam dan menunduk tak tahu harus bicara apa lagi. Dokter Kevin berlalu meninggalkan rumah sakit.
      Dua hari berlalu, sekarang Fira sudah boleh pulang dari rumah sakit. Ibunya sangat bersyukur mendengar itu. Sesampai dirumah Fira langsung istirahat. Malamnya ibu Fira menemui Fira dikamarnya untuk menyuapinya makan.
      “Fira kamu makan ya Nak.” Wajah Fira kelihatan berbeda selama 2 hari ini dia selalu melamun dan tatapannya selalu kosong. Tanpa menunggu jawaban dari Fira ibunya langsung menyuapinya walaupun mulut Fira hanya terbuka sedikit, yang penting Fira mau makan ucap ibunya dalam hati.
      Dua minggu berlalu. Kesedihan dan kepiluan kembali menyelimuti keluarga Fira lantaran Fira harus di bawa kerumah sakit jiwa. Fira sering bicara sendiri, melamun dan kadang meminta ibunya membelikan coklat yang banyak, katanya dia akan berikan pada dokter Kevin. Semua keluarga Fira turut prihatin. Ibu Fira tak henti-hentinya menangis setiap malam, beliau tak tahu harus berbuat apa. Ibu, ayah serta adiknya Fira sangat resah melihat Fira setiap hari harus disuntikkan obat penenang.
      “Ibu, Fira mau coklat.” Kata Fira setelah membuka mata dari tidurnya.
      “Iya Fir, besok ibu belikan yang banyak ya sayang.”
      “Beneran Bu, Fira mau ngasih pacar Fira. Dokter Kevin, ingat ‘kan Bu?” Ibu Fira lalu meneteskan air mata terdalamnya.
      “Iya, ingat kok sayang.”
      “Hahaha… besok Fira akan menikah Bu. Ibu sudah mempersiapkannya ‘kan Bu?” ibu Fira hanya mengangguk. “Tapi Bu, dokter Kevin sudah punya istri.” Fira meraung dan mengamuk-ngamuk, tertawa-tawa dan dia juga mendorong ibunya. Akhirnya dokterpun datang dan kembali menyuntikkan obat penenang. Ibu Fira kembali meratapi nasib anaknya yang begitu tragis.
      Keesokan harinya, ibu dan ayah Fira dikejutkan dengan informasi dari salah seorang suster kalau Fira menghilang. Dengan rasa miris yang membara, mereka menghubungi dokter dan menyuruh mencarinya ke seluruh sudut ruangan. “Fira…Fira kamu dimana sayang?” panggil ibu Fira. Namun tak ada jawaban. Setelah sekitar sejam pencarian, seorang suster menemukan Fira dalam keadaan tak bernyawa di toilet. Ibu dan ayah Fira lalu menangis histeris. Fira kehabisan darah. Ibu Fira memeluk jasad Fira yang sudah terbujur kaku dan pucat. Disamping jasad Fira, ibunya menemukan pisau, entah dimana Fira mendapatkannya. Ibu Fira mengambil segayung air lalu membasuh lengan Fira yang penuh darah. Dilengannya terukir jelas nama KEVIN. “Firaaa… kenapa kau melakukan ini Nak?” ibu Fira berteriak histeris. “Maaf Bu, Fira nggak bisa melupakannya…” terdengar suara dari balik jendela. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar