Source: http://www.amronbadriza.com/2012/10/cara-membuat-anti-copy-paste-di-blog.html#ixzz2FTRb0UOK
SILAHKAN DI BACA JANGAN JADI PLAGIAT OKE :) SILAHKAN DI SHARE LINKNYA :)

Selasa, 25 Desember 2012

Ruangan Rahasia


Pada suatu malam bulan purnama malam yang dalam sejarah adalah malam yang menyeramkan, menurut kepercayaan keluargaku akan ada banyak makhluk aneh yang akan berkeliaran kesana kemari. Ayahku berpesan padaku supaya jangan pernah keluar kamar ketika bulan purnama. Aku tak tahu tepatnya saat itu sepertinya sudah tengah malam aku tak bisa menahan diri saat perutku begitu sakitnya ingin buang air. Malam itu aku benar-benar melanggar perintah Ayah. Aku berjalan perlahan sembari memegang perutku. Kutilik seluruh sudut ruangan aku terus saja berjalan. Akhirnya aku sampai di kamar kecil. “Lucia” jantungku mulai terasa tak berdetak dan celana tidurku mulai basah tubuhku bergetar keringatku mulai bercucuran. “Lucia” suara itu memanggilku lagi. “Siapa kamu?” aku tak tahu sumber suara itu bahkan aku tak bisa berlari dari tempat itu kakiku terasa kaku pikiranku hambar. “Lucia” keringatku bercucuran dan mataku perlahan mulai terbuka lebar.
      “Lucia, kamu mimpi buruk lagi?”
      “Ayah,”
      “Kamu tidur lagi ya sayang, itu hanya mimpi.”
Aku mengingat kejadian semalam, aku rasa itu bukan mimpi atau ilusi semuanya terasa nyata. Itu seperti benar-benar terjadi.
      “Luci, sarapan dulu sayang.”
      “Ya, Ma.”
      “Kamu kenapa? Mimpi buruk lagi.”
      “Sepertinya bukan mimpi. Luci merasa yang terjadi semalam itu nyata.” Rona wajah mama mulai berubah, dia memandangku tajam dan nampaknya dia mengetahui sesuatu.
      “Oh ya, besok ‘kan kamu ulang tahun, pokoknya mama akan menyiapkan yang spesial buat kamu.” Aku semakin penasaran dengan ini apalagi mamaku nampaknya berusaha mengalihkan pembicaraan.
                                             ***
      Kucoba melakukan hal yang sama, waktu itu pukul 12 malam. Aku benar-benar memastikan aku tidak sedang bermimpi. Aku berjalan perlahan menyusuri sudut-sudut ruangan. Jantungku mulai berdegup kencang kakiku tertegun melihat dari sela pintu ruangan rahasia itu terbuka. Aku memberanikan diri mendekati ruangan itu aku berjalan perlahan sampai aku tiba di ambang pintu. Kubuka pintu itu dengan tangan yang bergetar hebat. Ruangan itu sangat gelap aku mencoba mencari sumber cahaya. “Darr…” aku ingin berteriak ketika suara pintu kamar itu tertutup dengan sendirinya tapi aku benar-benar ingin mengupas rasa penasaranku akhirnya aku menahan diri untuk tidak berteriak agar Ayah dan Mama tak mengetahui keberadaanku. Ketika aku sedang berjalan tiba-tiba lampu menyala begitu terang. Ruangan ini begitu terurus, rapi dan bersih. Semuanya terlihat indah. “Lucia” suara itu memanggil. Aku memberanikan diri berbalik.
      “Happy birthday Lucia…”  Ayah, Mama dan teman-temanku. Mereka berada disana. Nadiku hampir saja berhenti berdenyut.
      “Mama kok tahu Luci disini?”
      “Kamu kan anak mama, mama tahu sifat kamu. Kamu nggak akan berhenti mencari sampai rasa penasaranmu terpecahkan. Benar ‘kan?”
      “Lalu kenapa mama tak pernah ingin bercerita tentang ruangan yang kelihatannya biasa ini?”
      “Dulu ini adalah kamar nenekmu. Beliau berpesan agar mama mengunci ruangan ini sampai usiamu 16 tahun dan akan memberikan padamu tepat di hari ulang tahunmu sebagai hadiah darinya.”
      “Oh… begitu, nenek benar-benar sayang pada Luci.”
      “Tentu saja sayang.’’
Kami berpesta didalam ruangan itu.
      “Lucia.”
      “Jason, kamu disini juga?” Jason adalah pria yang selama ini aku taksir, pria yang membuatku selalu mematung ketika melihat wajah maskulinnya.
      “Hmm, Mamamu yang mengundangku.”
      “Oh begitu ya. Mamaku ada-ada saja ya bikin surprise menyeramkan kayak gini.”
      “Kreatif lagi.”
      “Tapi ini membuat nyawaku seakan melayang meninggalkan ragaku.”
      “Hahaha. Kamu ada-ada saja.”
Percakapanku denga Jason terhenti ketika seberkas cahaya menyilaukan mata kami, terlihat bayang-bayang seorang wanita tua bertopeng. Aku mendekatinya. “Lucia umurmu sudah 16 tahun. Berhati-hatilah. Di bulan purnama tepat jam 12 malam kamu akan mengetahui segalanya. Tetaplah diruangan ini.” Bayang-bayang wanita tua itu menghilang.
                                     ***
       Malam bulan purnama, aku mengingat kata-kata wanita tua itu. Aku berbaring di “Ruangan rahasia” yang sekarag menjadi kamar baruku. Aku menunggu jam 12 malam. ”Tok…tok…tok…” suara ketukan pintu terdengar jelas. “Ini Mama dan Ayah sayang.” Mereka memasuki kamarku.
      “Kamu kelihatan sangat ketakutan, kenapa?”
      “Lucia ingat perkataan wanita tua itu Ma.”
      “Sayang, apapun yang terjadi kita harus tetap berada diruangan ini. Umurmu sekarang menentukan antara hidup dan mati kita.”
      “Maksud mama?”
      “Di ruangan inilah kita bisa berlindung dari serangan luar.”
Kulihat jarum jam mengarah pada angka 12. Kurasa ini akan terpecahkan. Tubuhku merasakan hal yang janggal, gatal sekali. Rasanya aku seperti orang gila yang sedang meronta-ronta dari kekangan dokter. Tubuhku terasa panas. Wajahku mulai memerah. Kupandangi kuku-kukuku menjadi panjang seketika. Bulu-bulu menjalar cepat ditubuhku. Tubuhku terhempas. Ketika aku membuka mata dari sebuah kesakitan nyata aku melihat dua ekor rubah didepanku dan aku melihat diriku, aku memandang diriku yang ternyata sama dengan mereka.
      “Ini Ayah dan Mama sayang, tetaplah disini.” Kalimat itu   terlontar lepas dari kedua ekor rubah itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar