Ya ampuuun
aku bisa-bisa telat
lagi,mana lagi buku Ekonomi ku.”Ma…Buku Ekonomiku mana?” Aduuuh mana sih
mama,aku jadi sakit perut liat jarum jam itu jalan terus, aaahh.
”Mama nggak tahu.”
“Aduuh, kok bisa
nggak tau sih?!”
“Coba cari di kamar
adikmu!”
Aku bergegas ke sekolah, hmmm walaupun aku tidak merhatiin
bukuku yang aku temukan di bawah tempat tidur adikku, huuuh! Kenapa sih aku ini
semakin lalai.
“Cinta…ini ke dua kalinya kamu telat di pelajaran
ibu,ngapain saja kamu tadi malam?”
“Maaf Bu, saya
berjanji tidak akan mengulanginya lagi”
“Baiklah, kalau
besok kamu terlambat lagi kamu siap-siap dapat hukuman.”
Oh my god…
aku heran kenapa aku jadi pemalas begini, aku jadi lalai sekolah, huh
gara-gara kakak itu, laki-laki gagah dan tegak itu sudah membuatku
gila.”Krinngg…” Bunyi bel keluar main.”Baiklah anak-anak keluar main dulu.” Aku
haus sekali, mungkin tenggorokannku sudah mengering seperti wilayah tandus di
Papua.
“Sar,ke kantin
yuuk…”
“Kamu pergi
sendirian sudah Ta,aku lagi kerjain tugas”
“Oh…baiklah.” Aku
berjalan perlahan menuju kantin Bik Nah, ketika tinggal lima langkah aku sampai
kantin,kulihat sosok yang belum aku tahu namanya itu, kakak kelas yang aku
anggap super,aku termangu tetap berdiri di tempat itu dan tak berkedip
sedikitpun, wajahnya memang bisa membuatku pingsan.Astaga dia melihatku, aku
segera membalik badan dan berlari karena gugup plus malu, dia mengejarku.”Hei
tunggu” aku tetap saja berlari.”Hei aku bilang tunggu” aku makin mempercepat
laju, sampai kurasakan tanganku ditarik olehnya, dia mendapatiku aku jatuh ke
pelukannya, pandangannya yang menahan tubuhku sungguh menawan, aku mulai
berilusi menjadi Barbie dan Pangeran yang sedang berdansa di dalam istana.
“Ehh…maaf kak” Aku
segera berdiri dan menceraikan tangannya dari tubuhku.
“Kenapa kamu lari?”
“Aku…” Astaga aku
tidak bisa jawab, tubuhku terasa dibanjiri keringat dingin,kenapa aku begini, jadi
sakit perut hatiku mungkin sudah berlari ke kamar kecil, tapi kakiku tetap tak
bisa bergerak di hadapannya.
“Ahh…sudahlah
lupakan, Aku Kiki” Dia menyodorkan tangan untuk berjabat denganku,dengan
gemetar aku terpaksa berjabat tangan dengannya.”Hei tanganmu dingin, lihat juga
mukamu memerah.”
“Maaf kak aku harus
kembali ke kelas.” Aku berlari sekencang mungkin,kalau aku terus-terusan berada
disana mungkin aku sudah buang air di tempat.Dia tidak mengejarku,kakak super
keren itu namanya Kiki.
Aku hempaskan tubuhku di atas tempat dudukku, sepertinya aku
melupakan sesuatu, aduuuh aku belum beli apa-apa di kantin, balik lagi nggak
ya?
“Kriinng.” Bel pulang,aku bergegas pulang dan ingin
cepat-cepat sampai rumah untuk makan, mudah-mudahan saja aku nggak bertemu Kak
Kiki diparkiran,huft!
Ya Tuhan sedang apa Kak Kiki di dekat motorku, aku jadi malu
kesana.”Ayo Cinta jalan perlahan dan pura-pura tidak melihatnya.” Ucapku pada
diriku sendiri sambil mengusap dada.
“Hei kenapa kamu
menunduk?” Dia menyapaku, sial aktingku nggak lulus.”Aku nunggu kamu dari
tadi.” Apa? laki-laki keren menunggu siswi yang biasa ini, nggak nyangka.
“O iya?”
“Iya,soalnya aku mau
pinjem handphone kamu,teman-temanku nggak ada yang bawa HP,handphone ku
hilang,aku mau coba call,boleh tidak?”
“Boleh ini Kak” Kataku
sambil menyodorkan HP-ku,hmm aku kira dia ingin mengtakan sesuatu padaku;cinta,
tahu-tahunya cuma pinjam HP, tak apalah.Dia mencoba menghubungi.
“Ehh…Ternyata HP-ku
ada di saku celana, makasih Ta”
Dia berlari mengambil kunci motor dan bergegas pulang, oh wibawa
yang gagah.
Astaga ada tugas
Ekonomi, buku di tas.”Kriiing…Kriiing” Siapa lagi yang nelpon malam-malam
begini.
“Hallo?!” Jawabku
dengan nada sedikit membentak.
“Hallo Cinta,ini
Kak Kiki” Aku terkejut.
“Kak Kiki? Siapa
yang memberitahumu nomor HP-ku?”
“Kamu sendiri kan
yang ngasih di parkiran tadi siang”
“O ya?”
“Sebenarnya aku
berbohong tentang HP-ku yang hilang,itu taktik aja buat dapetin nomormu”
Oh so sweet banget, aku nggak pernah berpikir ke arah sana, dasar
bodoh!
Aku bicara dengannya melalui gelombang sinyal, oh bahagiannya,
sampai terlelap.
“Cinta,ini ke tiga
kalinya kamu telat,dan tugas kamu pun tidak kamu kerjakan,keterlaluan” Ocehan
guru Ekonomi, ohh gara-gara nelpon semalaman aku jadi lupa PR.
“Maaf Bu…”
“Sekarang ikut ke
ruangan Ibu!”
Oh Tuhan,apa aku mau di keluarin dari sekolah ini, picik
sekali.
“Sekarang ceritakan
pada Ibu apa yang membuatmu seperti ini?” Duduk berhadapan di ruang guru, membuatku
seperti di dalam penjara, tak bisa berkutik.
“Saya juga tidak
tahu mengapa Bu.”
“Sekarang pakai
ini,dan pergi keliling sekolah!” Malunya aku di suruh pakai kalung yang
bertuliskan. “SAYA BERJANJI TIDAK AKAN MALAS LAGI.” Bagaimana kalau Kak Kiki lihat
aku pakai beginian, oh sungguh dia tidak akan menghubungiku lagi, tidakkk.
Semua orang menertawakanku gumaman mereka membuatku sedih dan
malu, rasanya aku sudah tak punya muka, aku berjalan di koridor sekolah
menyusuri lorong-lorong, berdiri diatas perasaan tak menentu, menyesal.Aku
berjalan melewati ruang kelas Kak Kiki, eh dia melihatku, aku pun mempercepat
laju, berharap dia mengejarku tapi ternyata dia diam biasanya dia mengejarku, hmm…
“Kamu sudah
berkeliling?”
“Sudah Bu”
“Lelah?”
“Ya Bu”
“Lain kali jangan
ulangi lagi ya!” Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecil di hadapan Bu
Indah.”Kembalilah ke kelas!”
“Baik Bu.”
Aku tak tahu lagi harus bagaimana seakan-akan rasanya aku
nggak akan naik kelas, aku takut sekali kalau Ibu dan Ayahku tahu nilaiku
sejelek ini.
“Ehh..hati-hati
dong kalau jalan?!” Kertas hasil ulangan yang aku pegang kini bertebarangan
nggak tau kemana, mudah-mudahan yang nemuin itu orang baik dan kembaliin ke
pemiliknya, harapku dalam hati, itu orang nabrak sembarangan.
Kembali kususuri jalan menuju tempat parkiran, di tengah
perjalanan aku merasakan ada yang menepuk bahuku.
“Eh…Kak Kiki,ada
apa Kak?”
“Aku nggak akan
ganggu kamu lagi, aku nggak akan hubungi kamu lagi, mungkin karena aku nilaimu
jadi begini” Kak Kiki memberikan lembaran hasil ulangan yang terbang tadi,
entah dimana dia menemukannya, aku tak tahu.Tapi hatiku mulai berbenturan, dia
akan menjauhiku.
“Nggak kok Kak, mungkin
aku yang nggak bisa atur waktu, mungkin….” Penjelasanku terputus dia
menempelkan jari telunjuknya di bibirku, itu terasa manis sekali, dan pastinya
aku tak bisa melanjutkan pembicaraan.
“Sssttt….ini
salahku,sekarang aku ingin kamu belajar lebih serius, aku tak menyukai orang
bodoh.” Dia lalu melepaskan jarinya dari bibirku dan pergi meninggalkanku dalam
keadaan berpikir.
Malam ini aku harus
belajar,ku ambil buku pelajaran dan aku membukanya,tapi belum sempat aku
baca,kepalaku seperti sudah di atur untuk menengok ke arah benda kecil
berbentuk persegi panjang itu;handphone.Kenapa aku melihat benda itu dan
berharap Kak Kiki mengirimi aku sebuah pesan singkat, sudahlah ini hanya
harapan kosong, dia tak menyukai orang bodoh jadi aku harus pintar untuk
mendapatkannya.
“Cinta,sini kamu?!”
Teriak Ayahku,aku segera keluar kamar menuju ruang keluarga.
“Ada apa Yah?”
“Kenapa nilaimu
seperti ini,liat.”
“Maaf Yah,Cinta
akan berusaha memperbaikinya”
“Sudah diam, kembali
ke kamar, tugasmu hanya belajar bukan main-main.”
Aku sedih sekali, butiran air mata berjatuhan, aku duduk di
sudut kamar dan memandangi langit-langit sembari berkata kepada diriku sendiri
kalau aku tak seharusnya seperti ini.
3 BULAN KEMUDIAN
Kak Kiki sedang
menunggu pengumuman hasil Ujian Nasional.Aku hanya bisa berdoa untuk
keberhasilannya.Telah lama aku tak bertemu dengannya, padahal aku ingin
memberitahunya kalau aku mendapat nilai A, aku berhasil berubah.Sekarang aku
sudah semakin dekat dengannya, sifat-sifat asliku mulai kutunjukkan padanya
yang pada awalnya aku malu memperlihatkannya yaitu hobi makan.Terdengar lucu, tapi
itu hampir membuat matanya terjatuh.Aku hanya duduk di ruang tamu menunggu
kabar bahagiannya.Tiba-tiba handphone-ku berbunyi, tertulis “Kak Kiki”
“Hallo Kak, gimana?
Lulus?”
“Hmm...aku tunggu kamu di Restoran Melati, cepetan!”
“Tapi Kak, hallo…hallo…”
Dia menutup telponnya, padahal aku belum menjawab apakah aku mau bertemu
dengannya atau tidak.Dasar laki-laki ceroboh, dia sungguh tahu kalau aku ingin
sekali bertemu dengannya, bodoh sekali.
“Ada apa kau ingin
bertemu denganku?” Sapaku sesampai disana.
“Duduklah dulu,tak
sopan jika kau berdiri sedangkan aku duduk!” Perintahnya.Lalu, aku duduk
berhadapan.
“Katakanlah”
“Apa?”
“Alasanmu ingin
bertemu denganku?”
“Aku hanya ingin
mentraktir kamu karena aku lulus” Senyum manisnya terpancar ketika mengucap
kata “Lulus” dan memberi penekanan pada kata itu, aku senang sekali
mendengarnya.
“Benarkah?”
“Sekarang kamu tak
usah banyak bicara, pesanlah apapun yang kamu inginkan.” Aku hanya tersenyum sinis
dan memesan semauku, sampai ku perhatikan bola matanya hampir menggelinding
melotot melihatku makan lahap sekali serta tenggorokannya yang menelan ludah, kasihan
sekali siapa suruh mengajakku makan.
Seminggu berlalu, sekarang
tak ada lagi Kak Kiki di sekolah,padahal dia motivator sejatiku, tapi aku harus
rela dia sedang mengejar masa depannya.HP-ku bordering, itu Kak Kiki, bahagia.
“Hallo” Sapaku.
“Aku tunggu kamu di
Taman jam 8 malam ini.”
“Iya, baiklah.”
Aku pergi ke Taman tepat waktu, tak ada seorangpun disana melainkan
kita berdua, sepertinya ada hal penting yang ingin dia sampaikan.
“Kak” Aku
menyapanya sesampaiku disana.
“Duduklah!”
“Ada masalah apa?
Matamu lebam? Kau menangis?” Ucapku sembari memandangi wajahnya.
“Saat kita bersama
saat kau berada disisiku aku merasa berbeda, hatiku mulai tak tahu arah, pikiranku
selalu tertuju padamu, bahkan mungkin aku tak bisa hidup tanpamu, aku sempat
bertanya pada diriku sendiri tentang perasaan ini? Sampai akupun menyadari
kamulah yang mengerti apa yang aku rasakan.Maaf aku tak bisa mengulur waktu
lagi, maaf aku telah lancang mengatakan ini padamu, maaf aku telah berani mencintaimu,
sesungguhnya aku tak pernah merencanakan ini semua.” Aku terkejut mendengarnya,
dia menangis tersedu-sedan di hadapanku, melihatnya seperti itu aku menjadi
ikut sedih, sebenarnya apa salahnya sehingga dia minta maaf? Bingung,
seharusnya kan suasananya lebih romantis.
“Hei bodoh, kenapa
kau menangis, seharusnya orang yang sedang jatuh cinta itu bahagia, tertawa
ria, kau pikir aku tidak mencintaimu hah? Kau sangat salah.” Nada
membentak.Tangisku menjadi berlipat ganda, dia membuatku sedih kenapa dia tak
menyadari kalau memang akulah pengisi hatinya.Dia tiba-tiba menghampiriku, semakin
dekat dan dekat lalu dia memelukku, kudengar helaan nafasnya, suara desah
tangisnya, dan akupun memejamkan mata menikmatinya.
“Maafkan aku, aku
harus pergi mengejar cita-citaku ke Singapore, maafkan aku.” Bisiknya, Aku
mendorong tubuhnya menjauh dari tubuhku, lalu dia terjatuh karena aku begitu
marah.
“Apa yang kau
katakan? Jadi kau mengatakan cinta lalu kau menyakitiku,laki-laki macam apa
kamu? Pergilah sesukamu, aku tak akan mecegahmu.” Bentakku.Lalu,berdiri untuk
meninggalkannya.
“Tunggu…” Dia
menghalangiku, menarik tanganku.”Maksudku bukan begitu, ketika suatu saat
mimpiku tercapai aku pasti kembali, aku janji, izinkanlah aku pergi”
“Lalu untuk apa kau
mengatakan cinta padaku, bila kita tak bersama?”
“Maafkan aku, aku
sangat berharap pabila kau mau menungguku sampai aku selesai sekolah, aku mohon
jangan kau berpaling, aku pasti kembali, tunggulah aku Cinta” Dia bersujud di kakiku,
aku memegang lengannya dan menyuruhnya untuk berdiri, Aku memeluknya erat
serasa tak ingin lepas dari ikatan batinnya, serasa jiwa kita bersatu, Tapi aku
benar-benar tak pernah berpikir hari itu akan menjadi hari perpisahan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar