Source: http://www.amronbadriza.com/2012/10/cara-membuat-anti-copy-paste-di-blog.html#ixzz2FTRb0UOK
SILAHKAN DI BACA JANGAN JADI PLAGIAT OKE :) SILAHKAN DI SHARE LINKNYA :)

Kamis, 15 November 2012

Kakak Kelas (Part II)

     Ya  ampuuun  aku  bisa-bisa  telat  lagi,mana lagi buku Ekonomi ku.”Ma…Buku Ekonomiku mana?” Aduuuh mana sih mama,aku jadi sakit perut liat jarum jam itu jalan terus, aaahh.
     ”Mama nggak tahu.”
     “Aduuh, kok bisa nggak tau sih?!”
     “Coba cari di kamar adikmu!”

Aku bergegas ke sekolah, hmmm walaupun aku tidak merhatiin bukuku yang aku temukan di bawah tempat tidur adikku, huuuh! Kenapa sih aku ini semakin lalai.
     “Cinta…ini  ke dua kalinya kamu telat di pelajaran ibu,ngapain saja kamu tadi malam?”
     “Maaf Bu, saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi”
     “Baiklah, kalau besok kamu terlambat lagi kamu siap-siap dapat hukuman.”
Oh my god…  aku heran kenapa aku jadi pemalas begini, aku jadi lalai sekolah, huh gara-gara kakak itu, laki-laki gagah dan tegak itu sudah membuatku gila.”Krinngg…” Bunyi bel keluar main.”Baiklah anak-anak keluar main dulu.” Aku haus sekali, mungkin tenggorokannku sudah mengering seperti wilayah tandus di Papua.
     “Sar,ke kantin yuuk…”
     “Kamu pergi sendirian sudah Ta,aku lagi kerjain tugas”
     “Oh…baiklah.” Aku berjalan perlahan menuju kantin Bik Nah, ketika tinggal lima langkah aku sampai kantin,kulihat sosok yang belum aku tahu namanya itu, kakak kelas yang aku anggap super,aku termangu tetap berdiri di tempat itu dan tak berkedip sedikitpun, wajahnya memang bisa membuatku pingsan.Astaga dia melihatku, aku segera membalik badan dan berlari karena gugup plus malu, dia mengejarku.”Hei tunggu” aku tetap saja berlari.”Hei aku bilang tunggu” aku makin mempercepat laju, sampai kurasakan tanganku ditarik olehnya, dia mendapatiku aku jatuh ke pelukannya, pandangannya yang menahan tubuhku sungguh menawan, aku mulai berilusi menjadi Barbie dan Pangeran yang sedang berdansa di dalam istana.
     “Ehh…maaf kak” Aku segera berdiri dan menceraikan tangannya dari tubuhku.
     “Kenapa kamu lari?”
     “Aku…” Astaga aku tidak bisa jawab, tubuhku terasa dibanjiri keringat dingin,kenapa aku begini, jadi sakit perut hatiku mungkin sudah berlari ke kamar kecil, tapi kakiku tetap tak bisa bergerak di hadapannya.
     “Ahh…sudahlah lupakan, Aku Kiki” Dia menyodorkan tangan untuk berjabat denganku,dengan gemetar aku terpaksa berjabat tangan dengannya.”Hei tanganmu dingin, lihat juga mukamu memerah.”
     “Maaf kak aku harus kembali ke kelas.” Aku berlari sekencang mungkin,kalau aku terus-terusan berada disana mungkin aku sudah buang air di tempat.Dia tidak mengejarku,kakak super keren itu namanya Kiki.
Aku hempaskan tubuhku di atas tempat dudukku, sepertinya aku melupakan sesuatu, aduuuh aku belum beli apa-apa di kantin, balik lagi nggak ya?
“Kriinng.” Bel pulang,aku bergegas pulang dan ingin cepat-cepat sampai rumah untuk makan, mudah-mudahan saja aku nggak bertemu Kak Kiki diparkiran,huft!
Ya Tuhan sedang apa Kak Kiki di dekat motorku, aku jadi malu kesana.”Ayo Cinta jalan perlahan dan pura-pura tidak melihatnya.” Ucapku pada diriku sendiri sambil mengusap dada.
     “Hei kenapa kamu menunduk?” Dia menyapaku, sial aktingku nggak lulus.”Aku nunggu kamu dari tadi.” Apa? laki-laki keren menunggu siswi yang biasa ini, nggak nyangka.
    “O iya?”
    “Iya,soalnya aku mau pinjem handphone kamu,teman-temanku nggak ada yang bawa HP,handphone ku hilang,aku mau coba call,boleh tidak?”
    “Boleh ini Kak” Kataku sambil menyodorkan HP-ku,hmm aku kira dia ingin mengtakan sesuatu padaku;cinta, tahu-tahunya cuma pinjam HP, tak apalah.Dia mencoba menghubungi.
     “Ehh…Ternyata HP-ku ada di saku celana, makasih Ta”
Dia berlari mengambil kunci motor dan bergegas pulang, oh wibawa yang gagah.

     Astaga ada tugas Ekonomi, buku di tas.”Kriiing…Kriiing” Siapa lagi yang nelpon malam-malam begini.
     “Hallo?!” Jawabku dengan nada sedikit membentak.
     “Hallo Cinta,ini Kak Kiki” Aku terkejut.
     “Kak Kiki? Siapa yang memberitahumu nomor HP-ku?”
     “Kamu sendiri kan yang ngasih di parkiran tadi siang”
     “O ya?”
     “Sebenarnya aku berbohong tentang HP-ku yang hilang,itu taktik aja buat dapetin nomormu”
Oh so sweet banget, aku nggak pernah berpikir ke arah sana, dasar bodoh!
Aku bicara dengannya melalui gelombang sinyal, oh bahagiannya, sampai terlelap.

      “Cinta,ini ke tiga kalinya kamu telat,dan tugas kamu pun tidak kamu kerjakan,keterlaluan” Ocehan guru Ekonomi, ohh gara-gara nelpon semalaman aku jadi lupa PR.
     “Maaf Bu…”
     “Sekarang ikut ke ruangan Ibu!”
Oh Tuhan,apa aku mau di keluarin dari sekolah ini, picik sekali.
     “Sekarang ceritakan pada Ibu apa yang membuatmu seperti ini?” Duduk berhadapan di ruang guru, membuatku seperti di dalam penjara, tak bisa berkutik.
     “Saya juga tidak tahu mengapa Bu.”
     “Sekarang pakai ini,dan pergi keliling sekolah!” Malunya aku di suruh pakai kalung yang bertuliskan. “SAYA BERJANJI TIDAK AKAN MALAS LAGI.” Bagaimana kalau Kak Kiki lihat aku pakai beginian, oh sungguh dia tidak akan menghubungiku lagi, tidakkk.
Semua orang menertawakanku gumaman mereka membuatku sedih dan malu, rasanya aku sudah tak punya muka, aku berjalan di koridor sekolah menyusuri lorong-lorong, berdiri diatas perasaan tak menentu, menyesal.Aku berjalan melewati ruang kelas Kak Kiki, eh dia melihatku, aku pun mempercepat laju, berharap dia mengejarku tapi ternyata dia diam biasanya dia mengejarku, hmm…
     “Kamu sudah berkeliling?”
     “Sudah Bu”
     “Lelah?”
     “Ya Bu”
     “Lain kali jangan ulangi lagi ya!” Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecil di hadapan Bu Indah.”Kembalilah ke kelas!”
     “Baik Bu.”

Aku tak tahu lagi harus bagaimana seakan-akan rasanya aku nggak akan naik kelas, aku takut sekali kalau Ibu dan Ayahku tahu nilaiku sejelek ini.
     “Ehh..hati-hati dong kalau jalan?!” Kertas hasil ulangan yang aku pegang kini bertebarangan nggak tau kemana, mudah-mudahan yang nemuin itu orang baik dan kembaliin ke pemiliknya, harapku dalam hati, itu orang nabrak sembarangan.
Kembali kususuri jalan menuju tempat parkiran, di tengah perjalanan aku merasakan ada yang menepuk bahuku.
     “Eh…Kak Kiki,ada apa Kak?”
     “Aku nggak akan ganggu kamu lagi, aku nggak akan hubungi kamu lagi, mungkin karena aku nilaimu jadi begini” Kak Kiki memberikan lembaran hasil ulangan yang terbang tadi, entah dimana dia menemukannya, aku tak tahu.Tapi hatiku mulai berbenturan, dia akan menjauhiku.
     “Nggak kok Kak, mungkin aku yang nggak bisa atur waktu, mungkin….” Penjelasanku terputus dia menempelkan jari telunjuknya di bibirku, itu terasa manis sekali, dan pastinya aku tak bisa melanjutkan pembicaraan.
     “Sssttt….ini salahku,sekarang aku ingin kamu belajar lebih serius, aku tak menyukai orang bodoh.” Dia lalu melepaskan jarinya dari bibirku dan pergi meninggalkanku dalam keadaan berpikir.

     Malam ini aku harus belajar,ku ambil buku pelajaran dan aku membukanya,tapi belum sempat aku baca,kepalaku seperti sudah di atur untuk menengok ke arah benda kecil berbentuk persegi panjang itu;handphone.Kenapa aku melihat benda itu dan berharap Kak Kiki mengirimi aku sebuah pesan singkat, sudahlah ini hanya harapan kosong, dia tak menyukai orang bodoh jadi aku harus pintar untuk mendapatkannya.
     “Cinta,sini kamu?!” Teriak Ayahku,aku segera keluar kamar menuju ruang keluarga.
     “Ada apa Yah?”
     “Kenapa nilaimu seperti ini,liat.”
     “Maaf Yah,Cinta akan berusaha memperbaikinya”
     “Sudah diam, kembali ke kamar, tugasmu hanya belajar bukan main-main.”
Aku sedih sekali, butiran air mata berjatuhan, aku duduk di sudut kamar dan memandangi langit-langit sembari berkata kepada diriku sendiri kalau aku tak seharusnya seperti ini.
     3 BULAN KEMUDIAN
      Kak Kiki sedang menunggu pengumuman hasil Ujian Nasional.Aku hanya bisa berdoa untuk keberhasilannya.Telah lama aku tak bertemu dengannya, padahal aku ingin memberitahunya kalau aku mendapat nilai A, aku berhasil berubah.Sekarang aku sudah semakin dekat dengannya, sifat-sifat asliku mulai kutunjukkan padanya yang pada awalnya aku malu memperlihatkannya yaitu hobi makan.Terdengar lucu, tapi itu hampir membuat matanya terjatuh.Aku hanya duduk di ruang tamu menunggu kabar bahagiannya.Tiba-tiba handphone-ku berbunyi, tertulis “Kak Kiki”
     “Hallo Kak, gimana? Lulus?”
     “Hmm...aku tunggu kamu di Restoran Melati, cepetan!”
     “Tapi Kak, hallo…hallo…” Dia menutup telponnya, padahal aku belum menjawab apakah aku mau bertemu dengannya atau tidak.Dasar laki-laki ceroboh, dia sungguh tahu kalau aku ingin sekali bertemu dengannya, bodoh sekali.
     “Ada apa kau ingin bertemu denganku?” Sapaku sesampai disana.
     “Duduklah dulu,tak sopan jika kau berdiri sedangkan aku duduk!” Perintahnya.Lalu, aku duduk berhadapan.
     “Katakanlah”
     “Apa?”
     “Alasanmu ingin bertemu denganku?”
     “Aku hanya ingin mentraktir kamu karena aku lulus” Senyum manisnya terpancar ketika mengucap kata “Lulus” dan memberi penekanan pada kata itu, aku senang sekali mendengarnya.
     “Benarkah?”
     “Sekarang kamu tak usah banyak bicara, pesanlah apapun yang kamu inginkan.” Aku hanya tersenyum sinis dan memesan semauku, sampai ku perhatikan bola matanya hampir menggelinding melotot melihatku makan lahap sekali serta tenggorokannya yang menelan ludah, kasihan sekali siapa suruh mengajakku makan.
      Seminggu berlalu, sekarang tak ada lagi Kak Kiki di sekolah,padahal dia motivator sejatiku, tapi aku harus rela dia sedang mengejar masa depannya.HP-ku bordering, itu Kak Kiki, bahagia.
     “Hallo” Sapaku.
     “Aku tunggu kamu di Taman jam 8 malam ini.”
     “Iya, baiklah.”
Aku pergi ke Taman tepat waktu, tak ada seorangpun disana melainkan kita berdua, sepertinya ada hal penting yang ingin dia sampaikan.
     “Kak” Aku menyapanya sesampaiku disana.
     “Duduklah!”
     “Ada masalah apa? Matamu lebam? Kau menangis?” Ucapku sembari memandangi wajahnya.
     “Saat kita bersama saat kau berada disisiku aku merasa berbeda, hatiku mulai tak tahu arah, pikiranku selalu tertuju padamu, bahkan mungkin aku tak bisa hidup tanpamu, aku sempat bertanya pada diriku sendiri tentang perasaan ini? Sampai akupun menyadari kamulah yang mengerti apa yang aku rasakan.Maaf aku tak bisa mengulur waktu lagi, maaf aku telah lancang mengatakan ini padamu, maaf aku telah berani mencintaimu, sesungguhnya aku tak pernah merencanakan ini semua.” Aku terkejut mendengarnya, dia menangis tersedu-sedan di hadapanku, melihatnya seperti itu aku menjadi ikut sedih, sebenarnya apa salahnya sehingga dia minta maaf? Bingung, seharusnya kan suasananya lebih romantis.
     “Hei bodoh, kenapa kau menangis, seharusnya orang yang sedang jatuh cinta itu bahagia, tertawa ria, kau pikir aku tidak mencintaimu hah? Kau sangat salah.” Nada membentak.Tangisku menjadi berlipat ganda, dia membuatku sedih kenapa dia tak menyadari kalau memang akulah pengisi hatinya.Dia tiba-tiba menghampiriku, semakin dekat dan dekat lalu dia memelukku, kudengar helaan nafasnya, suara desah tangisnya, dan akupun memejamkan mata menikmatinya.
      “Maafkan aku, aku harus pergi mengejar cita-citaku ke Singapore, maafkan aku.” Bisiknya, Aku mendorong tubuhnya menjauh dari tubuhku, lalu dia terjatuh karena aku begitu marah.
      “Apa yang kau katakan? Jadi kau mengatakan cinta lalu kau menyakitiku,laki-laki macam apa kamu? Pergilah sesukamu, aku tak akan mecegahmu.” Bentakku.Lalu,berdiri untuk meninggalkannya.
     “Tunggu…” Dia menghalangiku, menarik tanganku.”Maksudku bukan begitu, ketika suatu saat mimpiku tercapai aku pasti kembali, aku janji, izinkanlah aku pergi”
     “Lalu untuk apa kau mengatakan cinta padaku, bila kita tak bersama?”
     “Maafkan aku, aku sangat berharap pabila kau mau menungguku sampai aku selesai sekolah, aku mohon jangan kau berpaling, aku pasti kembali, tunggulah aku Cinta” Dia bersujud di kakiku, aku memegang lengannya dan menyuruhnya untuk berdiri, Aku memeluknya erat serasa tak ingin lepas dari ikatan batinnya, serasa jiwa kita bersatu, Tapi aku benar-benar tak pernah berpikir hari itu akan menjadi hari perpisahan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar