Suara itu mulai menyentuh telinga kami. Dengan
menggunakan loudspeaker yang terdengar samar-samar namun keras guru
mengumumkan agar kami para siswa dan siswi berkumpul di depan kantor Polres
Loteng. Awalnya kami tidak tahu untuk apa kami harus kesana tapi kami terus
mendengar pengumuman itu dan mengetahui maksudnya. Kami berjalan menuju lokasi,
kami bergandengan satu dengan yang lainnya membentuk barisan tiga berbanjar.
Kami menunggu sekitar 30 menit di bawah pohon rindang di depan kantor Polres
Loteng. Ada sebagian teman-temanku yang berdiri dipinggir jalan ada juga yang
duduk-duduk. Polisi-polisi nampak begitu gagah mengendalikan keamanan. Karena
merasa jenuh saya rasa akan lebih bermanfaat bila menunggu sambil membaca buku,
saya membuka resleting tas saya dan mengambil buku yang merupakan
kumpulan-kumpulan cerpen islam karya Dr. Taufik El Hakim, beliau merupakan
sastrawan besar muslim dari Mesir yang sukses menggemparkan jagat sastra Eropa.
Buku yang berada di tangan saya sekarang ini adalah buku “megabestseller” di
Timur Tengah yang berjudul “Dalam Perjamuan Cinta”. Buku ini cocok sekali untuk
santapan pagi wanita muslim. Saya baru membaca setengah dari sebuah cerpen yang
berjudul “Kelahiran Ide!” tiba-tiba sorakan separuh dari kami berteriak
kegirangan sepertinya dia sudah datang ucapku membatin. Aku dan
kedua temanku yang menemaniku duduk dari tadi bergegas berdiri ke pinggir jalan
melihat mobil-mobil hitam lewat di depan mata kami. Terlihat dari arah kami
plat mobil berwarna merah bertuliskan “INDONESIA” akhirnya dia datang juga. Mobilnya
melaju tidak terlalu cepat, kulihat senyum manisnya dan kacamata yang dipakai serta
baju batik berwarna hijau yang beliau kenakan. Benar saja wajah yang berkulit
putih itu melambaikan tangannya menandakan bahwa beliau senang disambut oleh
kami, menghargai kami yang menunggu berjam-jam. Selama ini aku hanya melihatnya
di TV mendampingi bapak Presiden SBY tapi sekarang cukup aku melihat axioma,
dia melintasi jalanan yang juga pernah aku lintasi. Sekedar hanya penyambutan,
kami dengar beliau ingin memantau kondisi di Dermaga yang ada di Labuhan Haji.
Mobilnya lewat sudah. Kulihat mobil yang beriring-iringan ternyata mobil paling
belakang ditumpangi oleh bapak Gubernur kami, DR. TGH. Muhammad Zainul Majdi
atau sering ibu saya atau ibu-ibu yang lain serta masyarakat menjuluki beliau Tuan
Guru Bajang. “Bajang” dalam Bahasa Sasak itu berarti “Muda”. Tak tahu pasti
siapa yang memberi julukan atau sapaan seperti itu, mungkin saja ibu-ibu
pengajian yang jelas dan yang saya tahu beliau diberikan penghargaan oleh
Museum Rekor Dunia Indonesia sebagai Gubernur termuda pada tanggal 28 Oktober
2009 yang bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda. Mungkin sudah banyak yang tahu
tentang hal ini tapi seperti biasa saya suka bercerita dan menulis. Mungkin ada
juga yang belum mengetahuinya. Akhirnya bayangan dua sosok mengagumkan itu
sirna dari pandangan kami. Mereka akan segera menuju Labuhan Haji. Seandainya
saya diberikan petisi saya ingin sekali menyentuh dan mencium tangan mereka,
tangan orang-orang besar, tangan orang-orang ternama di Indonesia, tangan
orang-orang berwibawa, tangan orang-orang yang sangat di hormati dan dihargai
di dalam masyarakat. Ah hanya mimpi. Bersamaan dengan itu aku menerima pesan
singkat dari XL-Axiata yang mengucapkan selamat ulang tahun ke-54 untuk
Provinsi Nusa Tenggara Barat semoga semakin maju dan makmur. Sebenarnya saya
tidak tahu bahwa hari ini, 17 Desember 2012 adalah peringatan hari jadi NTB.
Tapi kita patut berterimakasih kepada XL yang telah menyebar luaskan SMS ini
untuk mengingatkan orang-orang yang lupa akan hari jadi NTB, termasuk saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar