Source: http://www.amronbadriza.com/2012/10/cara-membuat-anti-copy-paste-di-blog.html#ixzz2FTRb0UOK
SILAHKAN DI BACA JANGAN JADI PLAGIAT OKE :) SILAHKAN DI SHARE LINKNYA :)

Selasa, 27 November 2012

Surat Cinta Untuk Abah Dim


Dear Abah,
    Abah, aku tidak tahu harus memulai dari mana yang jelas setiap kali aku melihatmu, serasa mataku tak ingin berkedip, wajahmu, suaramu, langkahmu seakan-akan mengalihkan duniaku.
    Abah, kau tahu tidak? Setiap kali aku memasuki gedung sekolah apa yang aku harapkan? Iya benar, mengharapkanmu berdiri di samping pintu gerbang, kau tahu kenapa? Karena aku sungguh ingin mengucap salam kepadamu dan mencium tanganmu sebagai bukti cintaku padamu.
    Abah, sejak pandangan pertama aku telah menaruh harapan padamu, bahwa kau akan mencintaiku seperti aku mencintaimu, tapi apa? kenyataannya berlawanan.
    Abah, ketika aku mengucap “Assalamualaiqum” padamu, hatiku terasa dipenuhi mawar, aku seperti memiliki sayap dan berjalan di atas langit, namun malangnya aku, kau hanya menjawab salamku, tanpa melihatku karena kau sibuk mengatur posisi mobilmu, tak apalah,  aku tahu diri.
    Abah, sewaktu kau tersenyum pandanganku tak ingin beralih, senyum manis mu itu membuatku tak ingin beranjak dari sekolah. Tidakkah kau menyadari bahwa bukan hanya aku yang merasa seperti ini?
    Abah, ketika kau masuk ke kelasku lalu membentakku dan teman-temanku, sesungguhnya itu hal yang wajar karena memang tak ada yang tak menginginkan kau masuk ke kelasku, saat kau marah, pipi chubi mu memerah, itu nampak menawan sekali, dimataku kau tetaplah tergagah, walaupun orang-orang mengatakanmu “MODEL” tapi dimataku kau seperti malaikat, coba bayangkan  pabila kau kurus, keimutanmu pasti hilang :D , biarkan saja dirimu apa adanya, tak usah berubah demi aku :DD (wkwkwk)  
     Abah, kaulah orang yang aku kenal namun kau sama sekali tidak mengenalku, setiap kegiatan imtaq hari jum’at, tanpa sepengetahuanmu aku selalu memperhatikanmu saat kau memberi tausiyah, saat kau membaca sholawat, saat kau membaca istigfar, aku tak pernah sekalipun melaluinya.
    Abah, jangan pernah berpaling dari orang-orang yang menyayangimu, karena aku adalah salah satu dari mereka. Walaupun kau komat-kamit menyatakan tak mengenaliku, namun aku akan tetap menjaga perasaan  ini, walaupun sebenarnaya aku tak tahu persis, perasaan seperti apa yang sedang merajangku?
    Abah, izinkanlah aku mencintaimu dengan tulus, walau kau tak membalasnya, walau kau tak ingin tahu tentang diriku. Namun ku ingin kau tahu perasaan ajaib yang kurasakan bukanlah opini.
    Abah, setiap detak jantungku, dari 10 detakan, hanya 1 detakan yang menyebut namamu, kurasa itu cukup melambangkan cinta kasihku yang begituuuu BESAR :D, ini bukan lelucon, ini adalah keseriusan rasa. Biarkanlah aku mencintaimu dengan sederhana.


                                                               From
                                                    Pengagum Rahasiamu : )

Kakak Kelas (Part III)


     Musim hujan bulan November membuatku rindu sosok laki-laki dalam hidupku, namun aku harus membuang jauh-jauh pikiran itu, karena aku percaya dialah satu-satunya;Kiki.
     6 bulan aku melewati masa kelas 3 SMA,  6 bulan juga Kak Kiki pergi meninggalkanku, kadang-kadang aku merindukannya tapi ya begitulah, aku harap waktu 4 tahun cukup untuknya disana, dia berjanji padaku kalau dia akan pulang 4 tahun kemudian, semoga saja bukan dusta.

      Aku berangkat sekolah dengan semangat baru, aku rasa aku harus belajar lebih giat agar suatu saat nanti ketika aku dan Kak Kiki bertemu, kita sama-sama berhasil menjadi orang.
     “Ta, kata Pak Muhta sekarang kita nggak belajar” kata Tisa teman kelasku sesampaiku di ruang kelas.
     “Ah, masak sih?”
     “Iya, katanya sih ada stasiun TV swasta yang bakalan shooting di sekolah kita.”
     “Ah, nggak asik banget sih, giliran aku semangat  belajar malah ada aja halangan.”
     “Eh, liat tuh kayaknya para kru TV-nya udah datang.” ujar Tisa sembari menunjuk ke arah luar tepatnya ke lapangan sekolah melalui jendela ruang kelas. Aku melihat banyak sekali crue, itu kelihatan seperti acara music, sebab aku lihat bass, gitar, keyboard, drum diturunkan dari mobil mereka. Awalnya aku malas menonton acara itu tapi karena yang tampil itu band teman-temanku, aku tak seharusnya egois. Aku berjalan keluar kelas menuju lapangan ketika acara itu dimulai.
     Laki-laki bertubuh sedang alias tidak terlalu tinggi dan tidak juga di kategorikan pendek, berkulit hitam namun memiliki senyum yang menggetarkan hati, warna bibir merah jambunya membuatku melayang, iya dia laki-laki pemilik senyuman itu adalah salah satu crue stasiun TV swasta yang datang kesekolahku, astaga kenapa aku melamun. Aku mengikuti acara itu dengan hikmat, band-band yang tampil keren-keren. Namun aku tidak menonton acara itu sampai selesai karena tidak ada intermeso yang menarik disana, lama-lama aku bosan, dan kebetulan saat itu kita para siswa dan siswi di izinkan pulang. Aku mengambil tasku, dan aku melewati belakang cameramen karena depannya nggak ada ruang, dipenuhi artis-artis sekolahku. Mungkin karena aku menunduk dan bodoh tak memerhatikan, seorang cameramen menabrakku , galabah sekali aku, dia bahkan tidak meminta maaf, uhhh. Aku terus saja berjalan.”Kita break dulu” kudengar suara seorang sutradara mengatur. Tapi aku tak memperdulikannya, kakiku keseleo, pincang deh.
     “Kamu nggak apa-apa?” Tanya seseorang di belakangku di tengah-tengah perjalananku.
     “Liat aja sen.,” aku membungkam, ketika berbalik hala, aku tak bisa melanjutkan  kekesalanku, karena apa yang aku lihat, laki-laki pemilik bibir merah jambu itu menanyakan keadaanku.
     “Maaf ya, tadi aku nggak lihat kamu, aku juga nggak sempet minta maaf, sorry ya karena aku nggak mungkin ninggalin kamera di acara live.” ucapnya merengek.
     “Oh ya ya, nggak apa-apa kok”
     “Ayo aku antar kamu pulang, keliatannya kakimu sakit”
     “Oh, nggak usah hanya luka kecil, kamu juga kan harus ngelanjutin acara”
     “Iya juga sih” aku hanya tersenyum padanya dan pergi.”Tunggu” dia menghentikan langkahku.”Begini saja, karena aku merasa sangat bersalah,izinkan aku membiayayi pengobatanmu,boleh ya?” 
     “Tidak usah, ini hanya sementara, besok juga sembuh” balasku dengan senyum simpul.
     “Ayolah, aku hanya ingin bertanggung jawab,please…” aku memikirkan perkataannya, dia menyuguhkan tampang merengek ingin dikasihani.
     “Baiklah”
     “Besok kan hari minggu, so aku bisa kerumahmu, mana alamat rumahmu” aku menyebutkan alamat rumahku, dan dia menulis di kertas kecil miliknya.
     “Oh ya Namaku Niko” dia menyodorkan tangan.
     “Aku Cinta”
     “Nama yang lucu” dia tertawa kecil.”Ya sudah aku kembali bekeja, sampai jumpa besok.” Dia melambaikan tangan.
Sebenarnya aku tak pernah berharap dia akan tahu rumahku, apalagi besok dia akan kerumahku, bagaimana ini padahal aku hanya tertarik dengan senyuman merah jambunya, bukan dirinya, apa yang harus aku lakukan?
                                                        ***
     Hari minggu yang cerah, jam menunjukkan pukul 10 pagi, aku sedang menonton kartun favoritku Spongebob.
     “Sayang, ada yang mencarimu?” kata Mamaku. Siapa yang mencariku masih pagi.
     “Siapa sih Ma?” jawabku ke Mama.
     “Lihat saja sana di depan.”
Aku pergi melihat tamu itu.
     “Kamu?” aku kaget sekali, Niko dengan penampilannya yang nggak biasa , baju yang dikenakannya bukan baju kerjannya, wahh…
     “Hei kamu bengong?” dia mengagetkanku.
     “Nggak kok, silahkan duduk!”
     “Iya, terimakasih.” Dia duduk di sofa milikku.
     “Aku ambilkan minum dulu ya.” Tawarku sembari memberi senyum dan berbalik.
     “Eh tunggu” dia menarik tanganku, tapi aku tidak terjatuh.”Nggak usah repot-repot kita langsung pergi aja yuk!” ajaknya.
     “Lepaskan tanganku!” aku berdiri menghadapnya.”Kemana?”
     “Ya kerumah sakitlah”
     “Aku sudah sembuh” ucapku dengan suara lirih. Dia menendang kakiku.”Aw…sakit, apa yang kamu lakukan?”
     “Itu buktinya, cepat ganti baju kita pergi sekarang juga.” Aku tidak memiliki alasan lagi untuk menolaknya, aku mengganti pakaianku dan dibawalah aku kerumah sakit, kakiku di periksa, aku hanya di berikan obat cair untuk mengobati lukaku, sebenarnya kata dokter lukaku tidak terlalu parah, hanya perlu menunggu beberapa hari, tapi kenapa dia ingin sekali membawaku kesini?
     “Tunggulah 2 atau 3 hari luka di kakimu pasti mengering” ujar Bu Dokter yang memeriksaku.
     “Baik Dok, terimaksih.”
Aku dan Niko pergi meninggalkan rumah sakit. Diatas motor maticnya, aku merasa kurang nyaman, sepertinya aku akan di bawa ke suatu tempat. Di tengah perjalanan Niko menanyaiku tentang keluargaku dan sekolahku, aku terkejut sekali ketika dia menanyakan tentang pacarku. Aku  hanya termangu ketika dia menanyakan tentang pacarku.
     “Kok kamu diam?” Tanyanya.
     “Tidak apa-apa, memangnya kita mau kemana, ini bukan jalan menuju rumahku?” Aku sengaja mengalihkan pembicaraan.
     “Aku lapar, di sebelah sana Restoran favoritku, temani aku sebentar saja, setelah itu aku akan mengantarmu pulang.” Katanya menunjuk kearah pinggir jalan. Aku hanya diam sambil membalas SMS Mamaku yang menanyakan kapan aku pulang. Aku tak memperhatikan jalan yang dilalui Niko, sampai kulihat tertulis “Restoran Melati” inikan Restoran yang sering di kunjungi Kak Kiki, ini Restoran favoritnya Kak Kiki juga, astaga.
     “Hei, kok kamu masih disana? Ayo masuk!” ucap Niko kepadaku yang masih duduk di jok motor miliknya.
     “Iya yah.” Aku masuk, kucium suasana bersama Kak Kiki dulu, mengharukan.
     “Silahkan duduk!” dia menarik kursi untukku, persis seperti apa yang biasa Kak Kiki lakukan. Dia memesan makanan, dia menyuruhku memesan tapi aku hanya memesan jus, karena aku nggak akan nafsu kalau otakku masih tertempel nama Kiki. Niko makan cepat sekali, nampaknya dia lapar sekali, dia sama sepertiku.
     “Ayo pulang!” ajaknya selesai dia makan, saking laparnya dia tak pernah mengajakku bicara tadi di dalam Restoran, dasar rakus, ucapku membatin.
     “Siapa yang rakus?” Eh dia mendengarkan kata hatiku, tidak mungkin.
     “Yaa…oh itu” ucapku sedikit gemetar.
     “Aku bercanda kok, biasanya orang-orang yang melihatku makan pasti dia mengatakanku rakus, tapi kamu nggak” syukur, dia tidak benar-benar bisa membaca isi hatiku, bodoh sekali padahal aku juga mengatakannya rakus, tapi nggak sampai keucap.
     “Ayo naik!” dia menyuruhku naik ke motornya. Diperjalanan aku tak banyak bicara, sesampaiku dirumah aku mengucap terimaksih dan aku langsung turun, tapi dia menarik tanganku lagi, maunya apa sih sebenarnya?
     “Cinta”
     “Apa sih, aku mau masuk, lepas?!” dia melepaskan lingkaran tangannya di pergelangan tanganku.
     “Boleh tidak aku bertemu kamu lagi lain kali?”
     “Urusan kita kan sudah selesai, kamu tak punya hutang lagi, untuk apa kita bertemu?”
     “Aku ingin menjadi temanmu”
     “Kamu sudah dewasa, usiamu berapa?”
     “21”
     “Tu kan, mana pantas kamu berteman dengan remaja 17 tahun sepertiku, ya tidak akan sejalan”
     “Aku akan buktikan kalau kita tidak akan salah sambung, oke?” dia tersenyum lebar.
     “Dasar keras kepala, baiklah aku mau istirahat.” Aku tersenyum padanya, dan melangkah kedalam rumah.
                                ***
     Aku hanya duduk di kursi belakang rumahku, memandangi langit kerinduan, sungguh aku sangat merindukan masa saat aku dan Kak Kiki mengukir cinta.
     “Sayang, kamu sudah belajar?” tiba-tiba Mama memanggilku.
     “Sudah Ma…” sahutku.
     “Kesini sebentar!” aku berjalan keruang tengah, posisi Mamaku.
     “Ada apa Ma?”
     “Siapa nama cowok yang mencarimu tadi pagi? Darimana dia?”
     “Namanya Niko, memangnya kenapa Ma?” belum sempat aku mendengar jawaban Mama, handphone-ku berdering, pertanda ada telepon. Pikiranku mulai terarah ke Kak Kiki. Kulihat nomor yang muncul di HP-ku, tak ada nama.
     “Hallo, siapa ini?” sapaku.
     “Kakimu sudah baikan?” jawab orang asing itu.
     “Kamu siapa?”
     “Niko” Niko? darimana dia mengetahui nomor pribadiku.”Kamu suka sekali diam ya?” lanjutnya.
     “Siapa yang memberitahumu nomorku?’’
     “Mamamu” aku memandang kearah Mama melototinya, dan dia hanya tersenyum girang, aku menutup telepon.
     “Mama, ahh kenapa?”
     “Keliahatannya dia orang baik”
     “Tapi kan ma.,”
     “Ya sudahlah jalani saja, buat apa kamu masih mengharapkan Kiki, mungkin dia sudah menemukan wanita lain” kata Mama memotonng pembicaraan.
     “Kak Kiki berjanji akan kembali” aku cukup tersinggung dengan perkataan Mama, akupun berlari dan membuang diriku diatas kasur dan air matapun mulai keluar.

                                                           ***
     Bulan Februari tiba, dimana persiapan Ujian Nasional aku prioritaskan. Bulan ini adalah bulan dimana aku pertama menginjak planet ini, mungkin perayaan hari jadiku tidak akan semeriah dulu. Aku berharap walaupun Kak Kiki berada jauh dariku, dia masih tetap mengirimiku E-mail, setidaknya hanya mengucapkan selamat ulang tahun.
     Kupandangi langit merah di sore hari, matahari mulai menenggelamkan diri, berharap besok memang benar-benar menjadi hari yang bahagia, dengan genapnya umurku 17 tahun, aku bisa berpikir lebih dewasa. Kupandangi layar laptop-ku di atas tempat tidur, namun tak ada inbox di E-mail, sejenak aku mengeluarkan air mata, apa dia benar lupa?
     “Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday for Cinta, happy birthday to youuuuu.,”
     “Bagaimana kau bisa disini?” ujarku kepada Niko yang tiba-tiba masuk ke kamarku membawa kue dan tentunya lilin kecil.
     “Ayo sekarang kamu menjadi putri, tiup lilinnya, jangan lupa make a wish dulu!” tanpa  berpikir panjang akupun menurutinya. Aku sangat terharu, ini sangat menyedihkan orang yang tidak aku harapkan malah membuat surprise, dan sebaliknya orang yang aku harapkan malah tak ada kabar, apa artinya ini? “Kamu menangis lagi ya?”
     “Ahhh, kamu ini, siapa yang memberitahumu hari jadiku hah?”
     “Ya, siapa yang melahirkanmu ke dunia ini?”
     “Mama?!”
     “Hmmm, potong kuenya dulu ya tuan putri” akupun menurutinya, aku menikmati malam itu, Ayahku, Mamaku, Adikku, semuanya ada disana, aku sungguh bahagia. Kita mandi kue bersama-sama, mengotori diri istilahnya, menyenangkan sekali.
     “Hei, ini sudah jam 11 kamu pulang sana?” ucapku pada Niko selesai kita berpesta, tak sadar lama sekali Niko bersamaku dan keluargaku.
     “Iya aku akan pulang, antar aku sampai depan ya?”
     “Kamu sendiri saja” ucapku menolak.
     “Antar saja!” sahut Mama. Hmm… kalau Mama yang bicara aku nggak bisa nolak. Akupun mengantarnya sampai depan gerbang rumahku.
     “Kamu hati-hati dijalan, aku masuk” ujarku.
     “Tunggu,jangan masuk dulu, ada sesuatu untukmu, tunggu sebentar” akupun menunggunya, sementara dia mengambil sesuatu di dalam jok motornya.
     “Ini untukmu” dia memberiku benda berbentuk persegi, iya benar kado. “Jangan membukanya sekarang, kau boleh membukanya setelah aku pergi dan bukalah di kamarmu!”
     “Memangnya kenapa?”
     “Hm, biar aku nggak dikatakan sombong, itu hadiah mahal looo…” bisiknya.
     “Huh, dasar itu saja sudah menunjukkan keangkuhan” aku menghela nafas. “Sudahlah pulang sana!”
     “Baiklah tuan putri, sampai jumpa” diapun pergi, aku penasaran dengan isi kadonya. Akupun membukanya di kamarku. Isinya hanya sepucuk surat yang isinya
“Cinta, ini adalah hadiah ulang tahunmu, pesanku jadilah yang terbaik di hari ini.
Cinta, pasti kamu mengira aku hanya membual karena tak ada hadiah yang kau temukan, jadi keluarlah dari situ, pergilah keruang tamu, dibelakang sofa, aku meletakkan sesuatu untukmu…” aku bergegas turun dan mencarinya, aku menemukan box kecil merah, isinya sebuah cincin yang sangat indah. Aku melanjutkan membaca suratnya
“…jika kamu telah menemukannya, dengarlah perkataanku. Aku bukanlah orang yang pantas memberikan ini untukkmu, karena aku bukanlah siapa-siapa bagimu, namun jika sekarang setelah aku dekat dan mengenalmu selama 2 bulan, masihkah kau menganggap aku ini bukan siapa-siapa? Aku ingin menjadi temanmu, teman yang sangat dekat denganmu, terimalah pemberianku ini jika kau menyukaiku dan buanglah jauh-jauh cincin ini jika kau tak menyukaiku. Maaf Cinta aku telah jatuh cinta.”

Kamis, 15 November 2012

Kakak Kelas (Part II)

     Ya  ampuuun  aku  bisa-bisa  telat  lagi,mana lagi buku Ekonomi ku.”Ma…Buku Ekonomiku mana?” Aduuuh mana sih mama,aku jadi sakit perut liat jarum jam itu jalan terus, aaahh.
     ”Mama nggak tahu.”
     “Aduuh, kok bisa nggak tau sih?!”
     “Coba cari di kamar adikmu!”

Aku bergegas ke sekolah, hmmm walaupun aku tidak merhatiin bukuku yang aku temukan di bawah tempat tidur adikku, huuuh! Kenapa sih aku ini semakin lalai.
     “Cinta…ini  ke dua kalinya kamu telat di pelajaran ibu,ngapain saja kamu tadi malam?”
     “Maaf Bu, saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi”
     “Baiklah, kalau besok kamu terlambat lagi kamu siap-siap dapat hukuman.”
Oh my god…  aku heran kenapa aku jadi pemalas begini, aku jadi lalai sekolah, huh gara-gara kakak itu, laki-laki gagah dan tegak itu sudah membuatku gila.”Krinngg…” Bunyi bel keluar main.”Baiklah anak-anak keluar main dulu.” Aku haus sekali, mungkin tenggorokannku sudah mengering seperti wilayah tandus di Papua.
     “Sar,ke kantin yuuk…”
     “Kamu pergi sendirian sudah Ta,aku lagi kerjain tugas”
     “Oh…baiklah.” Aku berjalan perlahan menuju kantin Bik Nah, ketika tinggal lima langkah aku sampai kantin,kulihat sosok yang belum aku tahu namanya itu, kakak kelas yang aku anggap super,aku termangu tetap berdiri di tempat itu dan tak berkedip sedikitpun, wajahnya memang bisa membuatku pingsan.Astaga dia melihatku, aku segera membalik badan dan berlari karena gugup plus malu, dia mengejarku.”Hei tunggu” aku tetap saja berlari.”Hei aku bilang tunggu” aku makin mempercepat laju, sampai kurasakan tanganku ditarik olehnya, dia mendapatiku aku jatuh ke pelukannya, pandangannya yang menahan tubuhku sungguh menawan, aku mulai berilusi menjadi Barbie dan Pangeran yang sedang berdansa di dalam istana.
     “Ehh…maaf kak” Aku segera berdiri dan menceraikan tangannya dari tubuhku.
     “Kenapa kamu lari?”
     “Aku…” Astaga aku tidak bisa jawab, tubuhku terasa dibanjiri keringat dingin,kenapa aku begini, jadi sakit perut hatiku mungkin sudah berlari ke kamar kecil, tapi kakiku tetap tak bisa bergerak di hadapannya.
     “Ahh…sudahlah lupakan, Aku Kiki” Dia menyodorkan tangan untuk berjabat denganku,dengan gemetar aku terpaksa berjabat tangan dengannya.”Hei tanganmu dingin, lihat juga mukamu memerah.”
     “Maaf kak aku harus kembali ke kelas.” Aku berlari sekencang mungkin,kalau aku terus-terusan berada disana mungkin aku sudah buang air di tempat.Dia tidak mengejarku,kakak super keren itu namanya Kiki.
Aku hempaskan tubuhku di atas tempat dudukku, sepertinya aku melupakan sesuatu, aduuuh aku belum beli apa-apa di kantin, balik lagi nggak ya?
“Kriinng.” Bel pulang,aku bergegas pulang dan ingin cepat-cepat sampai rumah untuk makan, mudah-mudahan saja aku nggak bertemu Kak Kiki diparkiran,huft!
Ya Tuhan sedang apa Kak Kiki di dekat motorku, aku jadi malu kesana.”Ayo Cinta jalan perlahan dan pura-pura tidak melihatnya.” Ucapku pada diriku sendiri sambil mengusap dada.
     “Hei kenapa kamu menunduk?” Dia menyapaku, sial aktingku nggak lulus.”Aku nunggu kamu dari tadi.” Apa? laki-laki keren menunggu siswi yang biasa ini, nggak nyangka.
    “O iya?”
    “Iya,soalnya aku mau pinjem handphone kamu,teman-temanku nggak ada yang bawa HP,handphone ku hilang,aku mau coba call,boleh tidak?”
    “Boleh ini Kak” Kataku sambil menyodorkan HP-ku,hmm aku kira dia ingin mengtakan sesuatu padaku;cinta, tahu-tahunya cuma pinjam HP, tak apalah.Dia mencoba menghubungi.
     “Ehh…Ternyata HP-ku ada di saku celana, makasih Ta”
Dia berlari mengambil kunci motor dan bergegas pulang, oh wibawa yang gagah.

     Astaga ada tugas Ekonomi, buku di tas.”Kriiing…Kriiing” Siapa lagi yang nelpon malam-malam begini.
     “Hallo?!” Jawabku dengan nada sedikit membentak.
     “Hallo Cinta,ini Kak Kiki” Aku terkejut.
     “Kak Kiki? Siapa yang memberitahumu nomor HP-ku?”
     “Kamu sendiri kan yang ngasih di parkiran tadi siang”
     “O ya?”
     “Sebenarnya aku berbohong tentang HP-ku yang hilang,itu taktik aja buat dapetin nomormu”
Oh so sweet banget, aku nggak pernah berpikir ke arah sana, dasar bodoh!
Aku bicara dengannya melalui gelombang sinyal, oh bahagiannya, sampai terlelap.

      “Cinta,ini ke tiga kalinya kamu telat,dan tugas kamu pun tidak kamu kerjakan,keterlaluan” Ocehan guru Ekonomi, ohh gara-gara nelpon semalaman aku jadi lupa PR.
     “Maaf Bu…”
     “Sekarang ikut ke ruangan Ibu!”
Oh Tuhan,apa aku mau di keluarin dari sekolah ini, picik sekali.
     “Sekarang ceritakan pada Ibu apa yang membuatmu seperti ini?” Duduk berhadapan di ruang guru, membuatku seperti di dalam penjara, tak bisa berkutik.
     “Saya juga tidak tahu mengapa Bu.”
     “Sekarang pakai ini,dan pergi keliling sekolah!” Malunya aku di suruh pakai kalung yang bertuliskan. “SAYA BERJANJI TIDAK AKAN MALAS LAGI.” Bagaimana kalau Kak Kiki lihat aku pakai beginian, oh sungguh dia tidak akan menghubungiku lagi, tidakkk.
Semua orang menertawakanku gumaman mereka membuatku sedih dan malu, rasanya aku sudah tak punya muka, aku berjalan di koridor sekolah menyusuri lorong-lorong, berdiri diatas perasaan tak menentu, menyesal.Aku berjalan melewati ruang kelas Kak Kiki, eh dia melihatku, aku pun mempercepat laju, berharap dia mengejarku tapi ternyata dia diam biasanya dia mengejarku, hmm…
     “Kamu sudah berkeliling?”
     “Sudah Bu”
     “Lelah?”
     “Ya Bu”
     “Lain kali jangan ulangi lagi ya!” Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecil di hadapan Bu Indah.”Kembalilah ke kelas!”
     “Baik Bu.”

Aku tak tahu lagi harus bagaimana seakan-akan rasanya aku nggak akan naik kelas, aku takut sekali kalau Ibu dan Ayahku tahu nilaiku sejelek ini.
     “Ehh..hati-hati dong kalau jalan?!” Kertas hasil ulangan yang aku pegang kini bertebarangan nggak tau kemana, mudah-mudahan yang nemuin itu orang baik dan kembaliin ke pemiliknya, harapku dalam hati, itu orang nabrak sembarangan.
Kembali kususuri jalan menuju tempat parkiran, di tengah perjalanan aku merasakan ada yang menepuk bahuku.
     “Eh…Kak Kiki,ada apa Kak?”
     “Aku nggak akan ganggu kamu lagi, aku nggak akan hubungi kamu lagi, mungkin karena aku nilaimu jadi begini” Kak Kiki memberikan lembaran hasil ulangan yang terbang tadi, entah dimana dia menemukannya, aku tak tahu.Tapi hatiku mulai berbenturan, dia akan menjauhiku.
     “Nggak kok Kak, mungkin aku yang nggak bisa atur waktu, mungkin….” Penjelasanku terputus dia menempelkan jari telunjuknya di bibirku, itu terasa manis sekali, dan pastinya aku tak bisa melanjutkan pembicaraan.
     “Sssttt….ini salahku,sekarang aku ingin kamu belajar lebih serius, aku tak menyukai orang bodoh.” Dia lalu melepaskan jarinya dari bibirku dan pergi meninggalkanku dalam keadaan berpikir.

     Malam ini aku harus belajar,ku ambil buku pelajaran dan aku membukanya,tapi belum sempat aku baca,kepalaku seperti sudah di atur untuk menengok ke arah benda kecil berbentuk persegi panjang itu;handphone.Kenapa aku melihat benda itu dan berharap Kak Kiki mengirimi aku sebuah pesan singkat, sudahlah ini hanya harapan kosong, dia tak menyukai orang bodoh jadi aku harus pintar untuk mendapatkannya.
     “Cinta,sini kamu?!” Teriak Ayahku,aku segera keluar kamar menuju ruang keluarga.
     “Ada apa Yah?”
     “Kenapa nilaimu seperti ini,liat.”
     “Maaf Yah,Cinta akan berusaha memperbaikinya”
     “Sudah diam, kembali ke kamar, tugasmu hanya belajar bukan main-main.”
Aku sedih sekali, butiran air mata berjatuhan, aku duduk di sudut kamar dan memandangi langit-langit sembari berkata kepada diriku sendiri kalau aku tak seharusnya seperti ini.
     3 BULAN KEMUDIAN
      Kak Kiki sedang menunggu pengumuman hasil Ujian Nasional.Aku hanya bisa berdoa untuk keberhasilannya.Telah lama aku tak bertemu dengannya, padahal aku ingin memberitahunya kalau aku mendapat nilai A, aku berhasil berubah.Sekarang aku sudah semakin dekat dengannya, sifat-sifat asliku mulai kutunjukkan padanya yang pada awalnya aku malu memperlihatkannya yaitu hobi makan.Terdengar lucu, tapi itu hampir membuat matanya terjatuh.Aku hanya duduk di ruang tamu menunggu kabar bahagiannya.Tiba-tiba handphone-ku berbunyi, tertulis “Kak Kiki”
     “Hallo Kak, gimana? Lulus?”
     “Hmm...aku tunggu kamu di Restoran Melati, cepetan!”
     “Tapi Kak, hallo…hallo…” Dia menutup telponnya, padahal aku belum menjawab apakah aku mau bertemu dengannya atau tidak.Dasar laki-laki ceroboh, dia sungguh tahu kalau aku ingin sekali bertemu dengannya, bodoh sekali.
     “Ada apa kau ingin bertemu denganku?” Sapaku sesampai disana.
     “Duduklah dulu,tak sopan jika kau berdiri sedangkan aku duduk!” Perintahnya.Lalu, aku duduk berhadapan.
     “Katakanlah”
     “Apa?”
     “Alasanmu ingin bertemu denganku?”
     “Aku hanya ingin mentraktir kamu karena aku lulus” Senyum manisnya terpancar ketika mengucap kata “Lulus” dan memberi penekanan pada kata itu, aku senang sekali mendengarnya.
     “Benarkah?”
     “Sekarang kamu tak usah banyak bicara, pesanlah apapun yang kamu inginkan.” Aku hanya tersenyum sinis dan memesan semauku, sampai ku perhatikan bola matanya hampir menggelinding melotot melihatku makan lahap sekali serta tenggorokannya yang menelan ludah, kasihan sekali siapa suruh mengajakku makan.
      Seminggu berlalu, sekarang tak ada lagi Kak Kiki di sekolah,padahal dia motivator sejatiku, tapi aku harus rela dia sedang mengejar masa depannya.HP-ku bordering, itu Kak Kiki, bahagia.
     “Hallo” Sapaku.
     “Aku tunggu kamu di Taman jam 8 malam ini.”
     “Iya, baiklah.”
Aku pergi ke Taman tepat waktu, tak ada seorangpun disana melainkan kita berdua, sepertinya ada hal penting yang ingin dia sampaikan.
     “Kak” Aku menyapanya sesampaiku disana.
     “Duduklah!”
     “Ada masalah apa? Matamu lebam? Kau menangis?” Ucapku sembari memandangi wajahnya.
     “Saat kita bersama saat kau berada disisiku aku merasa berbeda, hatiku mulai tak tahu arah, pikiranku selalu tertuju padamu, bahkan mungkin aku tak bisa hidup tanpamu, aku sempat bertanya pada diriku sendiri tentang perasaan ini? Sampai akupun menyadari kamulah yang mengerti apa yang aku rasakan.Maaf aku tak bisa mengulur waktu lagi, maaf aku telah lancang mengatakan ini padamu, maaf aku telah berani mencintaimu, sesungguhnya aku tak pernah merencanakan ini semua.” Aku terkejut mendengarnya, dia menangis tersedu-sedan di hadapanku, melihatnya seperti itu aku menjadi ikut sedih, sebenarnya apa salahnya sehingga dia minta maaf? Bingung, seharusnya kan suasananya lebih romantis.
     “Hei bodoh, kenapa kau menangis, seharusnya orang yang sedang jatuh cinta itu bahagia, tertawa ria, kau pikir aku tidak mencintaimu hah? Kau sangat salah.” Nada membentak.Tangisku menjadi berlipat ganda, dia membuatku sedih kenapa dia tak menyadari kalau memang akulah pengisi hatinya.Dia tiba-tiba menghampiriku, semakin dekat dan dekat lalu dia memelukku, kudengar helaan nafasnya, suara desah tangisnya, dan akupun memejamkan mata menikmatinya.
      “Maafkan aku, aku harus pergi mengejar cita-citaku ke Singapore, maafkan aku.” Bisiknya, Aku mendorong tubuhnya menjauh dari tubuhku, lalu dia terjatuh karena aku begitu marah.
      “Apa yang kau katakan? Jadi kau mengatakan cinta lalu kau menyakitiku,laki-laki macam apa kamu? Pergilah sesukamu, aku tak akan mecegahmu.” Bentakku.Lalu,berdiri untuk meninggalkannya.
     “Tunggu…” Dia menghalangiku, menarik tanganku.”Maksudku bukan begitu, ketika suatu saat mimpiku tercapai aku pasti kembali, aku janji, izinkanlah aku pergi”
     “Lalu untuk apa kau mengatakan cinta padaku, bila kita tak bersama?”
     “Maafkan aku, aku sangat berharap pabila kau mau menungguku sampai aku selesai sekolah, aku mohon jangan kau berpaling, aku pasti kembali, tunggulah aku Cinta” Dia bersujud di kakiku, aku memegang lengannya dan menyuruhnya untuk berdiri, Aku memeluknya erat serasa tak ingin lepas dari ikatan batinnya, serasa jiwa kita bersatu, Tapi aku benar-benar tak pernah berpikir hari itu akan menjadi hari perpisahan kita.