Masa SMA memang sangat menyenangkan,penuh
kesan dan cinta.Sebulan sudah aku menduduki kelas baruku di kelas 2 SMA banyak
teman-teman yang belum aku kenal karena memang di acak kembali.Aku dikenal
pendiam oleh teman-temanku karena aku tak suka banyak bicara tapi ternyata
bukan hanya aku saja yang pendiam teman baruku Herwin dia begitu pendiam tapi
diamnya itu diam yang aneh,dia bahkan tidak pernah berbicara selama sebulan
ini,aku jadi penasaran apa sih yang membuat dia begitu.
Keluar main aku
duduk-duduk di taman sekolah di kursi panjang yang memuat 5 orang,disana aku
duduk bersama teman sekelasku Nana,Ririn,Ayu dan Anggi yang kebetulan mereka
adalah teman sekelas Herwin waktu kelas satu dulu,karena penasaran aku
menanyakan kepada mereka.
“Hei kalian tahu
nggak kenapa Herwin nggak pernah keluar kelas and jarang ngomong?’’
“Hmmm…dari dulu dia emang begitu,dulu pernah
dia ditanya sama Hendri tentang masalahnya tapi dia tetep aja diem dan
pandangannya yang seram dan kosong membuat kita kapok tanya dia lagi” jawab
Ririn.
“Ya,aku juga
bingung sama sikap anak itu” sambut Anggi meyakinkan.
Aku jadi makin penasaran ingin tahu.
Bel masuk kelas
berbunyi aku masuk kelas dan siap mengikuti pelajaran.Ditengah pelajaran entah
apa yang membuatku melihat Herwin,dia kelihatan sendu dan pilu seperti banyak
masalah yang melanda,Herwin yang duduk dibelakangku dengan jarak 2 meja aku
tetap melihatnya,ingin kutanyakan masalahnya tapi kurasa ini bukan waktunya.
****
Dua hari berlalu
sepertinya sekarang adalah waktunya aku bertanya pada Herwin.Guru mata
pelajaran keluar,aku berjalan pelan mendekati Herwin dan setelah dekat aku
duduk berhadapan antara meja yang menjadi jarak antara kita.
“Win…”aku menyapanya.Tapi dia tidak menjawab,pandangannya
kosong bahkan dia seperti tidak melihatku walaupun aku berada di depannya.
“Woi…ngapain lo
ngomong sama dia,dia nggak bakalan jawab!” ucap Suci mengagetkanku sampil
menepuk pundakku.
“Ehhh…sakit tahu”
keluhku sambil memegang pundak.
“Udahlah buang-buang waktu aja,udah bel masuk
kelas nih”
“Ya Suci.”
Pagi itu aku tak jadi menanyakan masalah Herwin karena waktu
sudah memanggil untuk belajar kembali.Akupun mengikuti pelajaran dengan baik
sampai bel pulangpun aku tak sempat bertanya.
****
Seminggu berlalu
tugas dan latihan yang menumpuk membuatku tak lagi mengurus masalah Herwin,sampai
suatu ketika aku sedang baca-baca buku di di taman sekolah,kulihat semua orang
berlari kedalam kelasku,ada apa ini? Tanyaku membatin.
“Ada apa sih tuh?” tanyaku pada Rina yang
keliahatan resah.
“Lo liat aja
kerumunan di dalem sana.”
Aku bergegas melihat kondisi kelasku.”Permisi Permisi” kataku
sambil berenang dalam kerumunan itu untuk menyisipkan diri.Apa yang kulihat
Herwin seperti orang gila yang kerasukan dia bicara sendiri dan seketika
mengamuk dan dia kelihatan seperti sedang berbicara dengan seseorang tapi
sebenarnya tidak ada orang yang bercakap dengannya.
“Ibu…Herwin
kangen bu” kata Herwin.
Sepertinya rasa kangen Herwin terbalas dan dia senyum sendiri
sambil menatap dinding kelas,dia memang sudah gila,memangnya kemana ibunya?
“Ibunya Herwin kan sudah meninggal” ucap salah
satu siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar